Thomas Mola | 02 Januari 2014 18:27 WIB
Bisnis.com, MANADO - Sepanjang kurang lebih 2 km, di jalan Tomohon-Tanawangko, nampak berdiri megah deretan rumah kayu berbentuk rumah panggung. Rumah panggung dengan pelbagai model itu merupakan hasil modifikasi dari rumah tradisional Minahasa.
Di beberapa kolong rumah panggung nampak para tukang sedang sibuk dengan pahat dan mesin pemotong kayu. Sesekali mereka nampak berdiskusi, kemudian melanjutkan pekerjaan mereka. Salah satu pelaku usaha rumah kayu Sonny Runtu mengatakan usaha rumah kayu merupakan bidang usaha yang menjanjikan.
Walaupun demikian, industri berskala UMKM itu sejauh ini masih bergerak sendiri alias minim dukungan dari pemerintah. Sonny berharap Pemprov dapat membantu dengan menyediakan kayu dan membantu mempromosikan rumah kayu ke seluruh Indonesia. Pasalnya, walau tanpa dukungan pemerintah, permintaan rumah kayu cukup menggembirakan baik dari dalam ataupun dari luar negeri.
“Tidak apa-apa kalau kami harus beli kayu untuk bahan baku dari pemerintah yang penting suratnya jelas. Selain itu, seharusnya bisa menfasilitasi untuk pameran-pameran” ujar pemilik CV Rajawali Tunggal Perkasa ini.
Menurutnya terdapat tiga keunggulan yang ditawarkan rumah kayu yakni desain yang indah, tahan terhadap gempa dan anti rayap, serta mampu menjaga suhu dalam ruangan agar tetap hangat.
Harga rumah kayu yang dapat dibongkar-pasang itu, tergantung pada besar kecilnya rumah yang dipesan. Untuk ukuran rumah dengan dua kamar atau sekitar 6x7 m dipasarkan mulai dari Rp80 juta, sementara untuk ukuran 10 x 17 m dijual seharga Rp350 juta. Pengerjaan rumah kayu dan pemasangan di lokasi yang diinginkan pembeli diperkirakan memakan waktu paling lambat sekitar 2 bulan.
“Pembeli kebanyakan dari Jabodetabek, tahun lalu ada juga pembeli dari Kupang. Biasanya rumah kayu ini dipakai untuk villa dan penginapan,” ujarnya.
Pesanan untuk membeli rumah kayu juga datang dari manca negara seperti Malaysia, Filipina, beberapa negara Timur Tengah, dan beberapa negara di Afrika. Hal itu mungkin karena beberapa pelaku usaha sudah mulai mempromosikan rumah kayu melalui web site dan Internet.
“Penjualan tergantung pesanan. Hingga akhir tahun 2013 kami bisa menjual 5 unit. Walau banyak permintaan dari luar negeri tetapi kami tidak bisa layani karena proses ekspor yang rumit. Tambah lagi, kami harus mengirim tukang untuk pemasangan di sana,” ujarnya.
Hal serupa diungkapkan Nicko Pantow, pemilik CV Wolaon Permai yang mengatakan belum bisa melayani permintaan luar negeri karena tidak punya pengalaman. Pihaknya hingga sejauh ini masih fokus menggarap pasar dalam negeri karena permintaan dalam negeri masih cukup tinggi.
Selain memanfaatkan Internet, pihaknya juga menyediakan kantor cabang di bilangan Jakarta Pusat untuk membantu kelancaran transaksi. Hadirnya kantor cabang itu terbukti efektif karena mayoritas pembeli yang berasal dari Jabodetabek. Tercatat pada 2013 pihaknya berhasil menjual 20 unit rumah dengan pelbagai ukuran.
“Pemerintah selalu periksa surat kayu sehingga kami harus pastikan kayunya resmi. Kayu memang sedikit sulit tetapi kami tetap usaha,” ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar